Selasa, 16 November 2010

Dilema Antara Amal dan Kehidupan Bersosial

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Sebelumnya saya minta maaf seandainya apa yang saya tulis ini akan menimbulkan reaksi yang negatif dari beberapa kalangan. Apa yang saya tulis ini hanya berdasarkan akal pikiran, karena saya akui saya tidak begitu menguasai hukum ‘aqli. 

Berawal dari suatu acara haulan yang diadakan oleh tetangga pada malam hari sekaligus pembacaan syair-syair maulid dengan mengundang group maulid setempat yang dulunya saya juga pernah menjadi anggota dari group ini.

Awalnya saya merasa biasa-biasa saja, namun setelah saya perhatikan mulai dari sikap beberapa anggota group maulid yang rata-rata anggota baru dan berlatar belakang pendidikan pesantren bersikap kurang sopan saat memasuki rumah undangan, yaitu bersikap acuh terhadap undangan lain yang kebetulan lebih awal datang.

Acara diawali dengan pembacaan syair-syair maulid yang diiringi dengan tabuhan rebana. Dari sini saya mulai merasa risih, bosan dan sangat mengantuk, karena di sini saya merasa hanya bisa menikmati syair-syair maulid tanpa bisa ikut berpartisipasi, begitu juga dengan para undangan lain yang hadir di tempat tersebut. Saya pun memutuskan untuk keluar tempat tersebut untuk menghilangkan rasa kantuk.

Dari luar saya baru sadar bahwa acara ini menggunakan pengeras suara bukan hanya terpasang di dalam rumah, tapi juga terpasang di luar dengan pengeras suara yang sangat keras dan dihadapkan ke hulu dan hilir, sehingga suara akan terdengar sampai di kejauhan. Saya termenung sejenak, apa ini tidak mengganggu masyarakat sekitar yang mungkin ingin istirahat setelah kelelahan beraktivitas di siang hari..? Atau ada anak-anak atau bayi yang terganggu tidurnya karena mendengar suara keras dari pengeras suara ini..?

Tidak hanya itu, saat group maulid ini membawakan sebuah syair yang tergolong baru dan sulit diikuti oleh jamaah lain ditambah lagi dengan gaya pembacaan syair dan iringan rebana yang saya nilai memang sangat bagus namun hanya pantas ditampilkan di atas panggung. Para jamaah lain hanya bisa menikmati tanpa bisa ikut berpartisipasi, apalagi memahami apa yang disampaikan.

Dari sini maaf, secara kasarnya saya menyimpulkan bahwa group maulid yang membawakan syair ini seolah-olah hanya ingin menyampaikan bahwa: ini lho group maulid kami dengan syair-syair yang terupdate dan alunan syairnya yang sangat indah, sangat pantas untuk diundang dalam acara-acara keagamaan”. Dari sini terkandung nilai-nilai promotion.

Yang menjadi masalah buat saya adalah kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan namun malah akan mengganggu dan mengusik ketenangan serta membuat ketidaknyamanan baik jamaah lain yang hadir ataupun masyarakat di lingkungan sekitar. Bagaimana seharusnya jika hal ini memang mesti dilakukan..?

Sekali lagi saya minta maaf atas tulisan saya ini seandainya akan mengundang konflik dan saya harap bimbingan, saran dan masukan serta kritikan. Beritahukan saya jika memang tulisan ini tidak pantas untuk dipublikasikan.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih..

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

 
;